Pada tanggal 18 Agustus 2014, telah dilaksanakan Seminar Peningkatan Daya Saing Industri Alat Kesehatan Indonesia: Peran Universitas Sebagai Mesin Inovasi di Hotel Borobudur Jakarta. Hadir dalam pertemuan ini Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufron Mukti. Serta Dirjen Binfar dan Alkes, Maura Linda Sitanggang. Acara dihadiri oleh sekitar 400 undangan dari kalangan mahasiswa, staf pendidik, peneliti serta praktisi industri.
Wamenkes Ali Gufron dalam sambutannya mengingatkan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang sudah di depan mata, dimana Indonesia dan negara-negara ASEAN akan memasuki babak baru dalam era perdagangan bebas. Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka dan terintegrasi yang berbasis produksi serta mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil akan bergerak bebas. Untuk itu diperlukan penguatan terhadap produk-produk lokal dalam mengahadapi persaingan yang terjadi akibat perdagangan bebas, termasuk alat kesehatan.
Menurutnya, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam negeri, termasuk pembinaan industri alat kesehatan dalam negeri. Peningkatan kapasitas bagi Sumber Daya Manusia (SDM) Industri alat kesehatan dalam negeri melalui pelatihan teknis harmonisasi ASEAN dibidang alat kesehatan yang berpedoman kepada ASEAN Medical Device Directives yang direncanakan akan ditandatangani pada Agustus tahun 2014 dan diberlakukan segera setelah diratifikasi oleh negara-negara ASEAN.
Sementara itu, Dirjen Binfar menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan RI telah menerbitkan Permenkes Nomor 86 tahun 2013 Tentang Peta Jalan Pengembangan Industri Alat Kesehatan pada tanggal 24 Desember 2013. Melalui peta jalan tersebut diharapkan pembangunan industri alat kesehatan akan berjalan lebih terarah dan terbentuknya kerjasama sinergis antara pihak akademisi, industri dan pemerintah (kementerian terkait) termasuk Kementerian Kesehatan.
“Universitas sebagai lembaga yang menghasilkan peneliti-peneliti dengan hasil penelitian yang tentunya bersifat inovatif, diharapkan mampu menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan produk-produk alat kesehatan dalam negeri. Dengan membantu industri dalam negeri untuk memproduksi alat kesehatan inovatif yang belum pernah ada di Indonesia maupun memproduksi produk yang sejenis dengan produk impor dengan harga yang lebih ekonomis. Disamping itu, Universitas harus mengetahui dan mematuhi regulasi-regulasi yang terkait. Kementerian Kesehatan mengharapkan kerjasama antara Akademisi, Pelaku Usaha dan pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan dapat terus ditingkatkan. Terutama dalam pengembangan industri alat kesehatan dalam negeri”, papar Ibu Maura.
Bersamaan dengan acara tersebut dilakukan pula peluncuran Gama-Cha: Bone Graft Indonesia. Produk ini merupakan perancah yang identik dengan tulang manusia yang mampu mempercepat pertumbuhan kembali jaringan tulang. Teknologi CHA pada perancah tersebut memungkinkan aplikasi lain seperti perancah untuk terapi sel, pembawa obat, protein, maupun molekul aktif lainnya. Produk yang unggul dari teknologi sebelumnya ini merupakan produk identik tulang pertama di dunia yang tersedia secara komersial. Produk ini dihasilkan oleh peneliti UGM, Dr Ika Dwi Ana dalam riset yang berlangsung sejak 1999 dan dipasarkan oleh PT Kimia Farma Tbk.