(Talkshow dengan Dirjen Binfar dan Alkes pada Program 811 Metro TV)
Kita mungkin pernah mendengar seorang pasien tiba-tiba menderita shock setelah diberikan obat atau ada petugas medis yang dilaporkan ke Polisi karena salah memberikan obat kepada pasiennya. Untuk itu perlu upaya mencegah agar tidak terjadi kasus yang terjadi akibat penggunaan/pemakaian obat yang tidak sesuai. Salah satunya adalah pentingnya mengetahui penggunaan obat yang aman dan rasional, baik oleh penulis resep, penyerah obat (dispenser) maupun oleh pasien/masyarakat pengguna obat.
“Penggunaan obat yang tidak rasional/ irasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Penggunaan obat tanpa kegunaan yang jelas; cara, dan lama pemberian yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari ketidakrasionalan. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya” ujar Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt. PhD, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Talkshow Program 811 Metro TV tanggal 28/7.
Dalam Talkshow tersebut, Dirjen Binfar dan Alkes menambahkan penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas; penentuan dosis, cara, dan lama pemberian yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari ketidakrasionalan peresepan. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika tidak mengikuti prinsip-prinsip penggunaan obat yang rasional.
“Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam cara pemakaian dapat memberi konsekuensi berupa ketidak berhasilan terapi” ujar Dirjen Binfar dan Alkes.
Ketika ditanya mengenai dampak penggunaan obat irasional atau tidak rasional, Dirjen Binfar dan Alkes menjelaskan, di samping berakibat pada pemborosan biaya, ketidak-rasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek samping. Dampak lainnya sebagai contoh adalah ketergantungan pasien terhadap pemberian antibiotik yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
“Selain itu, dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas (resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan secara umum” jelas Dirjen Binfar Alkes.