Guna menghindari menghindari melemahnya manfaat antibiotik dan meluasnya resistensi atau kekebalan terhadap antimikroba termasuk antibiotik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun ini mencanangkan Pekan Peduli Antibiotik Sedunia pada tanggal 16-22 November 2015. Salah satu kegiatan WHO dalam Pekan Peduli Antibiotik Sedunia ialah jumpa pers kepada para wartawan yang ada di Bali dan Lomba Kreativitas Masyarakat Bali Bijak Antibiotik yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan Direktoran Pelayanan Kefarmasian dan Yayasan Orangtua Peduli.
Dalam acara jumpa pers dengan wartawan yang ada di bali tanggal 20 November 2015 Nursila Dewi, Communication Officer WHO Indonesia mengatakan bahwa persoalan resistensi terhadap antibiotik telah menjadi perhatian WHO sejak 1998. WHO bekerjasama dengan pemerintah, pemangku penetingan dan kelompok masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia untuk mengendalikan resistensi antimikroba, terutama yang disebabkan oleh antibiotik.
Pendiri Yayasan Orangtua Peduli (YOP) dr. Purnamawati Sujud, SpA(K), MMPed menjelaskan bahwa secara umum antibiotik digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan bakteri. Penggunaan yang tidak tepat mempercepat akselerasi resistensi bakteri sehingga penyakit seperti radang paru dan tuberkolosis jauh lebih sulit dan mahal untuk disembuhkan.
Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Drs Bayu Teja Muliawan M.Pharm, MM, Apt, menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan RI telah melaksanakan bahwa Kementerian Kesehatan RI telah melaksanakan beberapa hal untuk pengendalian resistensi antibiotik. Dari sisi kebijakan, pada tahun 2011 Kemenkes mengeluarkan Permenkes No. 2046 mengenai Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, diikuti dengan Kepmen tahun 2014 mengenai pembentukan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA).
Namun itu saja belum cukup. Pekan lalu Menteri Kesehatan mencanangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) pada tanggal 13 November 2015. GeMa CerMat bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat secara benar. GeMa CerMat melibatkan lintas sektor dan lintas program, organisasi profesi kesehatan, perguruan tinggi, tokoh agama, tokoh masyarakat, media, serta elemen-elemen lain di masyarakat.
Acara Pekan Peduli Antibiotik Sedunia di Bali ditutup dengan Lomba Kreativitas masyarakat yang diadakan di Lippo Mall Sunset, Kuta. Lomba-lombanya meliputi lomba mewarnai, lomba menggambar, dan lomba desain poster serta talkshow GeMa Cermat.
Di tempat terpisah, di Auditorium RSUD Dr. Soetomo Surabaya dilaksanakan acara serupa. Acara yang digelar hari Sabtu 21 November 2015 ini meliputi arahan dan paparan dari Dirjen Binfar & Alkes Dra. Maura Linda Sitanggang Ph.D, sesi talkshow dengan narasumber Ketua KPRA dr. Hari Paraton Sp.OG(K)dan Pengurus Yayasan Orangtua Peduli (YOP) dr Nurul Hariadi Sp.A., hiburan teater Universitas Airlangga Surabaya, serta mendengarkan Lagu “Sadar” tentang penggunaan Antibiotik dari paduan suara Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Dalam paparannya, Dirjen Binfar Alkes menjelaskan tentang kebijakan pemerintah dalam pengendalian resistensi antimikroba melalui peningkatan penggunaan antimikroba secara bijak. Di sektor Fasyankes meliputi 3 strategi yakni pengembangan Sumber Daya Manusia, peningkatan Fasilitas Sarana, dan Regulasi. Di sektor Masyarakat, strateginya meliputi Edukasi Pengendalian Resistensi Antimikroba di Masyarakat dan melakukan Kolaborasi dengan LSM Kesehatan. Kemudian strategi pada Lintas Program/Sektor/Kementerian meliputi Inovasi kurikulum pendidikan serta Pengendalian di sektor Peternakan/Pertanian.
Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Dr. Hari Paraton Sp.OG(K) dalam paparannya mengatakan, tak semua penyakit perlu ditangani dengan memberi antibiotik penggunaan antibiotik semata hanya untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi kuman dan bakteri, seperti typus dan disentri amuba. “Antibiotik yang kita makan itu menginisiasi terjadinya proses resistensi. Di dalam tubuh ada miliran kuman tetapi dia tenang-tenang saja. Tidak apa-apa. Berbeda kalau kita minum antibiotik, mulai berulah dia,” kata dr. Hari.
Hal ini dibenarkan oleh dokter anak, dr Nurul Hariadi Sp.A dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP). Dr Nurul mengatakan, penggunaan antibiotik seperti menyimpannya dan digunakan pada penyakit yang sama sangatlah berbahaya karena memicu resistensi atau kekebalan antibiotik.
“Sadari, antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, bukan mencegah atau mengatasi penyakit akibat virus. Kekebalan antibiotik dapat terbentuk 2 tahun setelah antibiotik pertama digunakan. Padahal pengembangan satu antibiotik di dunia membutuhkan 10-15 tahun untuk menemukan zat antibiotik” ujar dr. Nurul.
Rangkaian Pekan Peduli Antibiotik Sedunia di RSUD dr. Soetomo ditutup dengan pertunjukkan teater dari Teater Mata Angin Universitas Airlangga dan penampilan paduan suara Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang menampilkan lagu berjudul “Sadar Antibiotik”