Saat ini, sekitar 90 persen bahan baku obat masih berasal dari luar negeri. Sekitar 60 persen bahan baku industri farmasi berasal dari Cina. Saat ini jumlah industri farmasi ada sekitar 214-224 perusahaan terdiri dari 4 BUMN, 24 multinasional, dan 1860196 swasta nasional.
Industri farmasi condong bergerak pada industri formulasi atau industri pembuatan obat jadi. Dengan demikian kebutuhan impor bahan baku pembuatan obat menjadi sangat besar.
“Dari aspek ekonomi kita ingin mengurangi impor dan menghemat devisa. Kita ingin industri farmasi kita menjadi andalan,” ujar Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Dra. R. Dettie Yuliati, Apt, M.Si dalam diskusi di “Kemandirian Indonesia dalam Penyediaan Bahan Baku Obat” bersama Serikat Perusahaan Pers (SPS) dan para redaktur rubrik kesehatan di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Kemenkes menyadari pentingnya kemandirian industri farmasi dalam negeri dan berupaya mendorong kemandirian tersebut untuk menekan harga obat dan mengurangi ketergantungan bahan baku obat impor. “Memang saat ini ada beberapa industri lokal yang mampu memproduksi bahan baku obat, namun industri lokal tersebut baru memenuhi sekitar 10% dari kebutuhan nasional” jelas Direktur Prodis Kefarmasian.
Menurut Direktur Eksekutif GP Farmasi, Dorojatun Sanusi, Industri Farmasi masih optimis dengan perkembangan industri farmasi dalam negeri. Dalam roadmap GP Farmasi, diprediksi pangsa pasar farmasi dalam negeri mencapai Rp. 450 trilyun pada tahun 2025. “Sementara pelaku industri farmasi memelihara jaringan dengan pembuat bahan baku obat di luar negeri, pemerintah perlu mendorong masuknya investasi industri bahan baku farmasi” kata Dorojatun.
Sementara itu, untuk mengembangkan industri bahan baku obat, harus dilakukan prastudi kelayakan, riset yang mendalam, kecukupan dana, dan memanfaatkan kemampuan BUMN atau konsorsium dengan swasta.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati mengatakan, industri farmasi di Indonesia perlu diperhatikan. Harus ada dukungan riset pembuatanobat untuk menghasilkan produk yang berkualitas “Kita ingin menekan harga obat agar relatif murah dan terjangkau,” tegas Dirjen Penguatan Riset & Pengambangan Kemenristek dikti.
Diskusi Kemandirian Indonesia dalam Penyediaan Bahan Baku Obat” diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, menghadirkan Redaktur Media Cetak dan Online Nasional bidang kesehatan serta para narasumber yang terkait dengan bidangnya, antara lain Dra. R Dettie Yuliati, Apt, M.Si (Direktur Prodis Kefarmasian Kemenkes), Dr. M. Dimyati (Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti), Dr. Ir. Bambang Setiadi MS (Ketua Dewan Riset Nasional), Dorojatun Sanusi (Direktur Eksekutif GP Farmasi), dan Sie Djohan (Direktur Pengambangan Bisnis PT Kalbe Farma Tbk)