Untuk menjawab kebutuhan obat-obat kanker yang meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penderita kanker, pada hari Senin (22/09/2014) fasilitas produksi sediaan onkologi PT Fonko International Pharmaceutical milik Dexa Group diresmikan.
Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi didampingi Pendiri Dexa Group Rudy Soetikno, Pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Maura Linda Sitanggang, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa di lokasi PT Fonko International Pharmaceuticals yang berada di Kawasan Industri Jababeka II Cikarang, Jawa Barat.
“Pada umumnya obat kanker masih diimpor dan belum dibuat di Indonesia sehingga harga untuk masyarakat Indonesia masih mahal. Semua itu mendorong kami 2-3 tahun lalu untuk mendirikan perusahaan ini,” terang Founder Dexa Group Rudy Soetikno saat memberikan sambutan.
Kehadiran fasilitas produksi sediaan onkologi yang dibuat oleh anak negeri ini disambut baik oleh Menkes. Tersedianya fasilitas produksi onkologi yang diresmikan ini merupakan wujud dukungan industri farmasi dalam mensukseskan program Pemerintah. Dengan demikian, masyarakat akan semakin mudah memperoleh obat onkologi yang bermutu dan terjangkau serta mampu mengurangi impor obat.
“Apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Dexa Medica Group yang banyak berkontribusi dalam penyediaan obat dan bahan baku obat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Tanah Air kita. Langkah PT. Fonko International Pharmaceutical dan Dexa Medica Group untuk mendirikan fasilitas produksi onkologi ini adalah sangat tepat” terang Menkes dalam sambutannya.
Penyediaan obat onkologi dalam industri farmasi memerlukan investasi besar dan berkesinambungan, baik untuk infrastruktur maupun untuk pengembangan produk. Secara umum, industri farmasi adalah industri dengan investasi besar untuk menghasilkan berbagai produk dengan lingkup produk yang luas. Sejak tahun 2011 sampai dengan pertengahan 2014, tercatat sekitar 1,54 triliun rupiah yang diinvestasikan di Indonesia dalam industri farmasi dan sekitar 2,5 triliun rupiah yang diinvestasikan untuk upgrading fasilitas produksi guna menghasilkan obat yang memenuhi mutu yang dipersyaratkan.
Pembangunan fasilitas produksi onkologi sangat relevan dengan upaya Pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu dengan melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional sejak 1 Januari 2014. Pelaksanaan JKN akan meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan berdampak pada meningkatnya kebutuhan obat untuk seluruh kelas terapi.
Menurut Menkes, dewasa ini, jumlah kasus penyakit kanker terus meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi 1,4 per 1000 penduduk. Oleh karena itu, obat-obatan onkologi sangat dibutuhkan masyarakat.
Pencegahan dini penyakit kanker dapat dilakukan melalui diagnosa dini atau early diagnosis, sehingga dapat dilakukan pengobatan segera atau prompt treatment pada tahap awal penyakit. Untuk maksud tersebut, Pemerintah akan mengembangkan Rumah Sakit Tipe C agar mampu melakukan deteksi dini dan pengobatan kanker dengan menyiapkan SDM dalam jumlah, jenis, dan kapasitas yang diperlukan. Langkah ini diperkuat dengan pengembangan terapi paliatif untuk kanker, tatalaksana kasus yang komprehensif dan pemberdayaan masyarakat agar peduli terhadap penyakit kanker.
“Saya berharap agar produksi obat juga diperkuat dengan pengembangan ketersediaan bahan baku obat agar peningkatan daya saing produk Indonesia di dunia benar-benar terwujud untuk semua jenis obat, baik obat kimia, herbal, maupun produk biologik. Saya juga berharap agar dari waktu ke waktu industri farmasi semakin meningkatkan pengembangan produk berbasis riset dan teknologi di Indonesia” pungkas Menkes.
Kini, produk-produk onkologi Fonko sedang menunggu nomor registrasi yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Jika sudah mendapatkan nomor registrasi, rencananya sudah bisa diproduksi dan digunakan masyarakat di tahun 2015.