Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan alat kesehatan (alkes) dalam negeri sebagai bagian dari strategi memperkuat kemandirian nasional. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, seluruh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah diminta untuk memprioritaskan produk dalam negeri.
Sebagai salah satu bentuk komitmen guna mendukung kebijakan tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan sejumlah surat edaran penggunaan produk alkes dalam negeri kepada seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit di Indonesia, termasuk rumah sakit pendidikan, sehingga tenaga kesehatan dapat mengenal produk alkes dalam negeri dan terbiasa menggunakannya sejak dini.
Sejalan dengan upaya tersebut, Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan (Farmalkes) selenggarakan pertemuan Business Matching Perbekalan Kesehatan dalam rangka Mendorong Pengembangan Produk Dalam Negeri pada 10 s.d. 12 September 2025 di Hotel Santika Premiere Malang, Jawa Timur.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Direktorat Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan ini merupakan sebuah platform yang efektif untuk mempertemukan langsung antara user (rumah sakit dan dinas kesehatan) dengan produsen perbekalan kesehatan dalam negeri, di mana saat ini data menunjukkan bahwa perbekalan kesehatan yang beredar di Indonesia masih didominasi oleh produk impor.
Dihadiri oleh 50 satuan kerja dari dinas kesehatan dan rumah sakit pemerintah serta 70 penyedia alat kesehatan dalam negeri, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman teknis dan regulatif pengadaan alat kesehatan, identifikasi kebutuhan spesifik pengguna alkes khususnya di wilayah Jawa Timur, serta upaya untuk meningkatkan penyerapan produk alkes dalam negeri melalui belanja e-Katalog.
Pilar transformasi sistem ketahanan kesehatan menjadi aspek yang sangat penting dalam membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan berkelanjutan, dengan berfokus pada produksi alat kesehatan dalam negeri yang aman, bermutu dan bermanfaat serta peningkatan penggunaan bahan baku dan komponen dalam negeri.

Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Jeffri Ardiyanto menyampaikan, berdasarkan klasifikasi US FDA, saat ini terdapat 2.652 jenis alat kesehatan dan 1.582 jenis tersedia di Indonesia, namun baru 491 (30%) jenis yang sudah diproduksi dalam negeri.
“Dari data yang kami himpun saat ini terdapat beberapa alkes seperti glove, sanitary pad, dan surgical apparel memiliki kapasitas produksi sangat besar namun utilisasinya masih rendah sekitar 40 s.d. 60%,” ungkap Jeffri.
Lebih lanjut Jeffri menyampaikan walaupun penggunaan alkes dalam negeri (AKD) secara umum terus meningkat dan mencapai 48% pada tahun 2024, penggunaan alkes dalam negeri masih harus ditingkatkan untuk mencapai kemandirian di sektor alkes.
“Kolaborasi sinergis antar-pemangku kepentingan pentahelix sangat penting untuk mengoptimalkan pencapaian ini. Penggunaan produk alkes dalam negeri bukan hanya wujud kebanggaan atas inovasi anak bangsa, tetapi juga bukti nyata bahwa produk Indonesia telah memenuhi standar kualitas, aman, bermanfaat, terjangkau, dan sesuai dengan preferensi masyarakat,” kata Jeffri.
Jeffri juga menyampaikan apresiasi khususnya untuk Asosiasi Alat Kesehatan Dalam Negeri (ASPAKI, GAKESLAB dan HIPELKI) yang telah memberikan dukungan sebagai bentuk kerja sama dan kolaborasi pentahelix dalam rangka penguatan ekosistem alat kesehatan dalam negeri.
Kegiatan ini merupakan aksi afirmasi peningkatan penggunaan alat kesehatan dalam negeri yang rutin dilaksanakan sejak tahun 2022. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 700 satuan kerja (satker) dinas kesehatan dan rumah sakit di 17 lokasi dari regional barat, tengah, hingga timur, dengan kehadiran 80 penyedia alkes dalam negeri dan sekitar 300-400 pengunjung di setiap kegiatan.
Selain business matching, kegiatan ini menghadirkan seminar tentang kebijakan terkini seputar penggunaan alat kesehatan dalam negeri, serta booth pameran produk jadi dan inovasi alkes dalam negeri.
