Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya mencapai kemandirian dan mewujudkan ketahanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Indonesia dengan bekerjasama dengan industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri, agar industri farmasi mampu meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Saat ini industri farmasi dalam negeri kita sudah dapat memproduksi 8 dari 10 bahan baku obat (BBO) yang paling banyak digunakan di Indonesia, seperti Parasetamol, Omeprazol, Atorvastatin, Clopidogrel, Amlodipin, Candesartan, Bisoprolol, dan Azitromisin.
Untuk mendorong penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri tersebut, pemerintah memfasilitasi change source atau pergantian sumber bahan baku impor dengan bahan baku obat produksi dalam negeri untuk industri farmasi.
Melalui fasilitas change source ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri, menurunkan angka impor bahan baku obat, serta meningkatkan jumlah produk obat dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 52 persen, yang menjadi prioritas dalam pengadaan khususnya untuk pengadaan barang atau jasa pemerintah.
Program ini diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin pada 2 Juni 2022. Hingga Juni 2023 telah difasilitasi sebanyak 38 industri farmasi, terutama untuk lima BBO dalam negeri, yaitu Clopidogrel, Atorvastatin, Amlodipine, Candesartan, dan Bisoprolol.
“Change source merupakan komitmen pemerintah untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri dan menjadi milestone dalam mewujudkan ketahanan sektor kefarmasian di tanah air, dengan tetap memperhatikan pemenuhan syarat produk yang aman, bermutu, dan berkhasiat,” ujar Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan L. Rizka Andalusia.
Dimas Ranggaditya, Business Development Manager PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia menyampaikan apresiasinya atas program change source ini. Ia mengatakan bahwa dengan meningkatnya penggunaan utilisasi yang dilakukan oleh industri farmasi akan memberikan dampak kepada harga obat yang bisa menjadi lebih rendah.
“Program ini merupakan terobosan atau inovasi insentif dan merupakan program pemerintah yang sangat efektif dalam rangka mewujudkan kemandirian farmasi dalam negeri,” tambah Dimas.
Industri farmasi tanah air yang sudah difasilitasi change source sangat merasakan manfaat dari program ini. Kurniawan Adi, Assistant Business Development Manager PT Novell Pharmaceutical Laboratories menyambut baik program ini dan berkomitmen untuk mendukungnya.
Pemerintah menargetkan penurunan impor bahan baku obat sebesar 20 persen dari change source 10 bahan baku obat yang paling banyak digunakan di Indonesia. Sehingga keberlangsungan change source ini perlu dijaga dengan peningkatan akurasi dan pengawasan bersama.
Dengan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, maka dampak change source bagi pelayanan kesehatan dan masyarakat, melalui tersedianya obat dengan bahan baku dalam negeri, akan semakin cepat terwujud.
Kementerian Kesehatan sekali lagi membuktikan komitmennya untuk terus membangun kemandirian sediaan farmasi melalui peningkatan daya saing industri farmasi dan BBO produksi dalam negeri.