Jakarta, 27 Agustus 2025.
Resistensi Antimikroba (AMR) merupakan ancaman serius bagi kesehatan global. Negara-negara ASEAN telah menyatakan komitmen untuk mengatasi AMR melalui pendekatan One Health, yang melibatkan sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI melalui Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Farmasi selenggarakan pertemuan konsultatif tingkat ASEAN yang bertujuan memperkuat sistem surveilans Antimicrobial Consumption (AMC). Langkah ini diambil sebagai upaya strategis untuk mendorong penggunaan obat yang rasional dan memerangi ancaman Antimicrobial Resistance (AMR) di kawasan Asia Tenggara.
Pertemuan bertajuk “Consultative Meeting on Antimicrobial Consumption Surveillance to Promote the Rational Use of Medicines to Establish and Strengthen Antimicrobial Resistance Surveillance Systems in the ASEAN Region” ini berlangsung selama tiga hari, pada 25 – 27 Agustus 2025 di Hotel JS Luwansa, Jakarta.
Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Farmasi, Agusdini Banun Saptaningsih, selaku Ketua Panitia Penyelenggara dalam laporannya menyampaikan bahwa pertemuan ini menghadirkan perwakilan dari sektor Kesehatan Manusia dan Kesehatan Hewan dari seluruh Negara Anggota ASEAN, Sekretariat ASEAN, serta organisasi internasional seperti WHO, FAO, dan WOAH.
“Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyepakati kebutuhan dan tindakan guna membangun program surveilans AMC yang kuat dan dapat dibandingkan di seluruh ASEAN. Hal ini vital untuk menjaga efektivitas antimikroba bagi generasi mendatang,” jelas Agusdini.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Dr. L. Rizka Andalucia, dalam sambutan pembukaannya menekankan bahwa resistensi antimikroba merupakan tantangan kesehatan global yang serius. Dr. Rizka menyoroti bahwa perkembangan AMR dipercepat oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat di sektor manusia, hewan, akuakultur dan lingkungan.
“Memerangi AMR memerlukan upaya bersama untuk membangun sistem surveilans dan mekanisme pelaporan yang efektif. Kita membutuhkan data yang andal dan panduan berbasis bukti mengenai konsumsi dan penggunaan antimikroba, baik di sektor kesehatan manusia maupun hewan, untuk memandu pengambilan keputusan klinis dan kebijakan,” ujar Dr. Rizka.
Pertemuan ini merupakan merupakan bagian dari Program Kerja ASEAN Health Cluster 3 (AHC 3) 2021-2025, yang juga didukung oleh Fleming Fund Country Grant to Indonesia (FFCGI). Fleming Fund memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas data AMR/AMC/AMU, analisis, pembagian analisis dengan pengambil keputusan, dan investasi berkelanjutan untuk melawan AMR.
Melalui pertemuan ini disepakati sejumlah rekomendasi strategis untuk memperkuat pelaporan regional. Dr. Rizka menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi pelopor dalam transparansi data.
“Indonesia berkomitmen untuk melaporkan data ke Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) AMC menggunakan data distribusi, ekspor-impor, dan produksi, serta akan mengembangkan data AMC dari fasilitas kesehatan,” tegas Dr. Rizka.
Sebagai tindak lanjut, Indonesia selaku Lead Country bersama Filipina selaku Co-Lead Country akan meneruskan kolaborasi dan dialog intensif terkait AMR dengan negara anggota ASEAN lainnya dan mitra pembangunan guna memperkuat solidaritas regional dan keamanan kesehatan global.





















