Hari Kamis (13/14) Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian Drs. Bayu Teja Muliawan, M.Pharm, MM, Apt mewakili Menteri Kesehatan menghadiri undangan pembukaan Seminar Nasional dan Musyawarah Nasional ke-13 Persatuan Ahli Farmasi Indonesia yang diadakan mulai tanggal 13 s/d 15 Februari 2014 di Hotel Mercure – Ancol, Jakarta.
Pada kesempatan tersebut Drs. Bayu Teja Muliawan, M.Pharm, MM, Apt menyampaikan permohonan maaf Menteri Kesehatan yang tidak dapat secara langsung hadir dalam acara tersebut namun beliau menyempatkan diri memberikan sambutan melalui rekaman video yang mengatakan bahwa kegiatan yang mengusung tema “Mewujudkan Tenaga Kefarmasian yang Jujur, Jelas, Jernih, Handal dan Bermartabat dinilai Menkes sangat relevan terhadap tuntutan masyarakat untuk mendapatkan layanan Kesehatan termasuk pelayanan kefarmasian yang terbaik yang dilaksanakan dengan bangga secara tulus ikhlas dan sesuai hati nurani, tema ini dinilai Menkes juga mencerminkan dukungan dan komitment PAFI untuk suksesnya pembangunan Kesehatan di tanah air, sebab hal tersebut ditentukan oleh peran dan komitmen seluruh tenaga Kesehatan termasuk Tenaga Teknis Kefarmasian/ TTK.
Menkes menyampaikan Kementerian Kesehatan menetapkan Kebijakan Obat Nasional melaui Kepmenkes Nomor 189 Tahun 2006 yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat yang berkhasiat dan bermutu serta Penggunaan Obat Nasional melaui pengembangan Sumber Daya Kefarmasian melalui penyediaan dan penempatan Tenaga Kefarmasian termasuk TTK secara merata sesuai kebutuhan masyarakat di setiap daerah dan jenjang pelayanan Kesehatan.
Data Riset Fasilitas Kesehatan Tahun 2012 menunjukan rasio TTK di Puskesmas mencapai 0.92 yang mengindikasikan ada puskesmas yang belum memiliki tenaga kefarmasian walaupun dibeberapa tempat ada yang memiliki lebih dari satu TTK, pemerintak memiliki 15 Akademi Farmasi yang menyelenggarakan program Studi Teknis Kefarmasian yang juga dilaksanakan oleh 61 Akademi Farmasi milik swasta yang berlokasi diberbagai tempat di Indonesia. Setiap Tahun di hasilkan sekitar 4.700 TTK di Indonesia sementara itu TTK yang diperlukan oleh jajaran keehatan pemerintah sekitar 12.100, apalagi jika dibandingkan dengan kebutuhan swasta dan industri kefarmasian yang ada di Indonesia maka kebutuhannya akan lebih besar lagi, karena itu Menkes mengajak semua pihak terkait untuk megatasi kekurangan kebutuhan dengan tetap menjaga dan meningkatkan mutu lulusan, menyesuaikan kurikulum dengan kemajuan IPTEK serta dengan pengembangan pembangunan Kesehatan.
Tidak lupa Menkes meminta segenap Tenaga Kefarmasian di Indonesia untuk bahu membahu bersama seluruh sumber daya Kesehatan lainnya untuk mensukseskan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan berperan memastikan tercapainya ketersediaan, keterjangkauan dan penggunaan obat rasional melalui praktek pelayanan kefarmasian dengan didukung Formularium Nasional (FORNAS) yang memuat daftar dan harga obat serta bahan medis habis Pakai sebagai acuan dalam pelayanan Kesehatan diseluruh fasilitas Kesehatan.
Menkes mengajak seluruh Tenaga Kefarmasian untuk menyesuaikan diri dengan Paradigma baru pelayanan kefarmasian, yaitu yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat-obat sebagai komoditi telah berkembang menjadi pelayanan kefarmasian yang komprehensif yang memiliki tujuan: 1. Meningkatkan penggunaan obat rasional, 2. Keamanan penggunaan obat, 3. Efisiensi biaya obat dan 4. Meningkatkan kualitas hidup pasien
Sekilas Sejarah PAFI
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia disingkat PAFI adalah organisasi yang menghimpun tenaga ahli farmasi profesi Asisten Apoteker (AA). Enam bulan setelah Proklamasi Negara Republik Indonesia, dibentuklah secara nasional PAFI. Yaitu tepatnya pada tanggal 13 Februari 1946 di Hotel Merdeka Jogyakarta dan sebagai anggota pendiri yang berjasa diangkatlah Ketua PAFI pertama, Bpk. Zainal abidin.
Pada awal kemerdekaan terjadi peperangan dengan Pasukan Belanda yang bertujuan ingin merebut kembali tanah jajahan mereka. Sebagai Ketua PAFI pertama Bpk. Zainal Abidin bersama Bpk. Kasiomendapat tugas untuk memindahkan perbekalan farmasi dan mesin-mesin yang berada di Manggarai (Jakarta) ke Jogyakarta, Tawangmangu dan Ambarwinangun dengan menggunakan sarana tranportasi kereta api. Bpk. Zainal Abidin dan teman-teman Asisten Apoteker lainnya pun akhirnya berhasil memindahkan perbekalan farmasi dan mesin-mesin tersebut, yang kemudian diberikan kepada para pejuang Republik Indonesia yang membutuhkannya.
PAFI merupakan organisasi farmasi tertua di Indonesia, bahkan Profesi Asisten Apoteker lebih dahulu muncul keberadaannya daripada profesi apoteker. Hal ini disebabkan karena pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, hanya pendidikan Asisten Apoteker yang mampu dijalankan, bahkan rintisannya harus dididik langsung di Negeri Belanda