Menteri Kesehatan RI, Prof,Dr,dr Nila Djuwita F Moeloek,SpM, Minggu (31/5/15) memberikan apresiasi dan menyaksikan pemberian piagam penghargaan dari MURI, atas keberhasilan operasi terhadap 320 pasein katarak dalam waktu 10 jam dengan teknik pachoemulsifikasi.
Pelaksanaan Bakhti Sosial operasi katarak yang diselenggarakan atas kerjasama RS Awal Bros Batam (RSAB), Tim Penggerak PKK Kepulauan Riau dan Persatuan Dokter Ahli Mata Indonesia (Perdami) merupakan prakarsa PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul,Tbk, telah dilaksanakan sebelumnya pada Sabtu (23/5) lalu dan berhasil melakukan operasi katarak mata terhadap 320 pasien dengan melibatkan 25 Dokter spesialis dalam Waktu 10 jam.
Kepala Perwakilan PT Sido Muncul Provinsi Kepulauan Riau, Susanti mengatakan, PT Sido Muncul menyambut baik penghargaan diberikan MURI atas kegiatan yang dilaksanakan bersama RSAB, Perdami dan Tim Penggerak PKK Provinsi Kepri. Ia menjelaskan, operasi katarak di Batam telah dilakanakan dua kali bersama RSAB. Kegiatan pertama tahun 2011 berhasil mengoperasi 182 bola mata dan kali ini sebanyak 328 mata.
Sementara, kegiatan CSR operasi katarak gratis yang dilaksanakan Sido Muncul dan Perdami telah berlangsung sejak tahun 2011. Hingga saat ini sebanyak 42.000 mata berhasil dioperasi di 27 provinsi, 200 kabupaten/kota dan di 216 rumah sakit di Indonesia.
Dalam menyukseskan kegiatan tersebut, PT Sido Muncul mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya Pemerintah Daerah, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,Kementerian Kehutanan, Kementerian Kesehatan, Mabes TNI, sejumlah Kodam,sejumlah Polda, sejumlah universitas, sejumlah RS dan klinik mata, PBNU, NU FATAYAT, PUKAT/Keuskupan Surabaya, KOWANI,IWAPI, WITT,Pelindo, Yayasan Kick Andy, dan Media Group.
Ia mengatakan, Direktur Utama PT Sido Muncul,Tbk, Irwan Hidayat menyatakan sangat senang atas dukungan dari berbagai pihak. Dengan banyaknya organisasi masyarakat maupun lembaga keagamaan yang berpartisipasi maka semakin banyak warga terbebas dari buta katarak.
Direktur RSAB, Widya Putri MARS mengatakan, bhakti sosial operasi katarak tahun ini sangat istimewa yakni mendapat apreasiasi dari MURI dan penghargaan dari Kementerian Kesehatan terhadap pihak-pihak yang mendukung pembangunan nasional.
dr Widya Putri, MARS menjelaskan, tahun ini merupakan tahun ke-9 RSAB melaksanakan bhakti sosial operasi katarak. Kegiatan pertama pada tahun 2006 silam terdapat 36 orang pasien dan tahun 2014 lalu sebanyak 223 pasien. Sementara tahun 2015 terdaftar sebanyak 500 orang dan setelah di screening hanya 328 orang yang lolos, tiga diantaranya anak-anak. Suksesnya pelaksanaan operasi juga tidak lepas dari kehadiran 22 dokter ahli yang berkerja selama 10 jam.
Oleh karena itu, pihaknya sangat berterimakasih, berkat kerjasama yang baik dengan Perdami, PT Sido Muncul, dan Tim Penggerak PKK Provinsi Kepri sehingga dapat berkontribusi mensukseskan program pemerintah dalam pembebasan buta katarak.
Acara penyerahaan piagam penghargaan dari MURI, Minggu (31/5) disaksikan langsung Menteri Kesehatan RI, Prof,Dr,dr Nila Djuwita F Moeloek,SpM, di RSAB,Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana,SKM,MKes, Direktur PT Awal Bros, Ir Arfan Awaloeddin.
Perwakilan MURI, Awan Rahargo sebelum menyerahkan piagam penghargaan menjelaskan, MURI memberi apresiasi menyusul kegiatan operasi katarak dilaksanakan dengan teknik pachoemulsifikasi terbanyak yakni sebanyak 320 mata dan dilaksanakan dalam waktu sehari.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana,SKM,MKes mengatakan bahwa biaya untuk operasi ini cukup mahal bagi masyarakat kurang mampu sehingga pemerintah daerah menyambut baik atas pelaksanaan operasi katarak dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi yang luar biasa dari pihak swasta dalam upaya pembebasan buta katarak di Kepri.
Menteri Kesehatan RI, Prof,Dr,dr Nila Djuwita F Moeloek,SpM, mengaku sangat bangga atas kerjasama yang baik antara PT Sido Muncul, RSAB, Perdami dan Tim Penggerak PKK Kepri sehingga dapat menyelenggarakan operasi katarak gratis.
” Saya berharap kegiatan ini dapat menginspirasi lembaga dan organisasi profesi lain untuk turut mengambil peran dalam pembangunan di bidang kesehatan,” ujar Menkes.
Menkes yang juga merupakan Dokter spesialis mata dan ketua Perdami menjelaskan dengan gambling “Operasi katarak yang dilakukan pada kegiatan bakti sosial ini, dengan menggunakan tehnik “Fakoemulsifikasi” atau awam mengatakan tehnik laser. Dengan tehnik ini, waktu operasi lebih singkat, luka irisan operasi sangat kecil, dan tidak perlu dijahit, sehingga penyembuhan lebih cepat, dan resiko infeksi kecil dan lensa yang digunakan adalah lensa foldable intra oculer (lensa tanam lipat),”
Ia mengatakan, pemerintah dengan dukungan masyarakat terus berupaya mengatasi masalah kesehatan yang bermutu diperkuat dengan jaminan kesehatan nasional (JKN) bagi masyarakat miskin termasuk untuk operasi katarak.
Apresiasi Kementerian Kesehatan sebelumnya adalah penyelenggaraan kegiatan kegiatan Bakti Sosial Operasi Katarak terhadap 40.000 Mata yang dilakukan bersama oleh RSPAD Gatot Subroto pada (19/11/14) lalu.
Menkes menjelaskan bahwa di Indonesia, diperlukan operasi katarak untuk 240.000 orang setiap tahunnya. Rata-rata operasi katarak yang dilakukan baru mencapai 170.000 orang/tahun. Ini berarti, terdapat kesenjangan sekitar 70.000 penderita katarak yang belum dioperasi, dan setiap tahun akan meningkat.
Kesenjangan ini terkait dengan luasnya wilayah dan kondisi geografi Indonesia, dan masih terbatasnya pemahaman sebagian besar penduduk Indonesia bahwa ada kebutaan yang dapat diobati, tutur Menkes.
Pemerintah dengan dukungan masyarakat, berupaya mengatasi masalah ini dengan meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, melalui penyiapan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Upaya ini diperkuat dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi masyarakat miskin, termasuk untuk pelayanan operasi katarak. Pelayanan kesehatan indera penglihatan diselenggarakan mulai dari pelayanan kesehatan primer di Puskesmas dan pelayanan rujukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) serta di rumah sakit.
Tetapi tidak lupa Menkes mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat menjaga selalu kebersihan agar mengurangi resiko bagi yang belum terkena, dan yang telah menjalani operasi agar
Bahkan, pemerintah Indonesia telah menyusun rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Upaya ini sejalan dengan komitmen global vision 2020 yang dicanangkan WHO, bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk dapat melihat secara optimal pada tahun 2020.
humasinfar-RD