Di tengah persaingan dunia yang semakin ketat dan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pemerintah berupaya mendorong Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) melalui berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah dengan menyelenggarakan pameran alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Oleh karena itu, Kementerian kesehatan melalui Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menyelenggarakan “Pameran Alat Kesehatan Dalam Negeri” sekaligus pencanangan “Gerakan Cinta Alat Kesehatan Indonesia” yang diadakan pada tanggal 16 – 17 Oktober 2015 di Hall B Jakarta Convention Center. Konsep pameran dibuat sebagaimana replika Rumah Sakit dan Puskesmas, dan seluruh alat kesehatan dalam pameran tersebut merupakan produk dalam negeri yang telah memiliki daya saing dan bahkan sebagian telah diekspor.
Dalam laporannya, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura Linda Sitanggang PhD mengatakan pameran alat kesehatan ini dilaksanakan untuk menampilkan ketersediaan produk alat kesehatan dan PKRT hasil karya anak bangsa. Selain itu juga menampilkan hasil riset dan penelitian yang dalam waktu dekat akan ikut berpartisipasi memenuhi kebutuhan alat kesehatan dalam negeri. Melalui pameran ini juga diharapkan juga dapat memberi wacana untuk pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
Dengan diselenggarakannya pameran ini diharapkan dapat meningkatkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat untuk menggunakan alat kesehatan produk dalam negeri dengan harga yang lebih murah dari produk impor tetapi tetap mengutamakan keamanan dan mutu produknya dalam memenuhi kebutuhan jenis alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan masyarakat sebagai upaya mendukung Program Indonesia Sehat.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Moeloek SpM(K) dalam sambutannya mengatakan Saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada penggunaan alat kesehatan dari luar negeri, dimana produk alat kesehatan luar negeri yang beredar di Indonesia lebih dari 90%, sedangkan produk alat kesehatan dalam negeri hanya berkisar kurang dari 10% dengan katagori alat kesehatan tekhnologi rendah sampai menengah. Dengan tingginya nilai tukar mata uang dolar ketergantungan impor akan menyebabkan tingginya biaya dalam belanja alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Produsen di dalam negeri saat ini sudah mampu untuk memproduksi hospital furniture, sphygmomanometer & stethoscope, handschoen (hand gloves), alat kesehatan elektromedik (infant incubator, nebulizer, O2 concentrator, dental chair, EKG, fetal doppler, dll), alat kesehatan disposables (syringes, urine bags, infusion set, masker, dll), medical apparels (operating gown, bed sheets), dan produk-produk consumable (reagensia, antiseptic, band aid). Alat kesehatan tersebut sudah mampu untuk mengisi sebagian besar peralatan-peralatan yang dibutuhkan rumah sakit.
Dengan demikian pameran saat ini pun didesain sebagai rumah sakit yang berisi seluruh alat kesehatan dalam negeri. Dari mulai ruang IGD, laboratorium, ruang operasi, kamar bersalin, ICU sampai ke ruang perawatan baik itu kelas 1, 2, 3 dan VIP. Terdapat juga ruang riset dan development yang berisi inovasi kreasi anak bangsa yang akan diproduksi dimasa yang akan datang.
Pameran alat kesehatan ini melibatkan 91 peserta dari berbagai lembaga. Mulai dari rumah sakit, industri alat kesehatan, politeknik kesehatan, dan lain dengan berbagai jenis produk yang dihasilkan.