Jakarta, 16 September 2022
Sebagai tindak lanjut pertemuan tahunan anggota CEPI pada April 2022 lalu di Bergen, Norwegia, Kementerian Kesehatan bersama The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) melanjutkan rangkaian agenda dalam percepatan penelitian dan pengembangan vaksin untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang berkelanjutan.
Kegiatan yang melibatkan unsur kementerian/lembaga terkait, para peneliti dan akademisi, serta industri vaksin nasional di Indonesia ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan delegasi CEPI di Indonesia sebelum pelaksanaan annual board meeting yang akan diselenggarakan di Bali pada 19-21 September 2022.
Pelaksanaan Roundtable Discussion ini bertujuan untuk memetakan kapasitas teknis nasional dalam sains, uji klinik, dan manufaktur, termasuk memahami prioritas di masa depan. Selain itu, forum diskusi yang dilaksanakan secara hybrid ini juga mengeksplorasi peran komplementer yang dapat dan seharusnya dilakukan CEPI dalam periode strategis berikutnya, dengan mengidentifikasi area di mana CEPI dapat berfungsi sebagai kolaborator dan konektor untuk memperkuat investasi domestik, mendorong sinergi regional, dan mempromosikan koordinasi global.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan L. Rizka Andalucia yang sekaligus merupakan Anggota Dewan Investor CEPI atau Sovereign Investor Board Member of Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) periode 2022-2025 menyampaikan pandangannya terkait upaya yang harus dilakukan guna mengimbangi penyebaran virus secara eksponensial dengan mengembangkan vaksin dan terapi COVID-19. ”Pengembangan dan produksi vaksin dan terapi masih dilakukan oleh industri farmasi di sebagian besar High-Income Countries (HIC). Jelas, ada kebutuhan untuk pemerataan dan akses, termasuk transfer teknologi untuk negara-negara berkembang”, ungkap Rizka.
Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Roy Himawan dalam paparannya menyampaikan ekosistem penelitian dan pengembangan vaksin merupakan salah satu aktivitas yang signifikan untuk dapat meningkatkan ketahanan vaksin di Indonesia. ”Produktivitas penelitian dan pengembangan di Indonesia masih perlu didorong dan ditingkatkan dengan keterlibatan multisektoral”, pungkas Himawan. Rata – rata 75% instansi dari berbagai institusi paham dan mendukung pentingnya penyediaan dan pembiayaan dalam penelitian dan pengembangan vaksin.
Dari sisi kapasitas produksi, industri nasional sudah memiliki kapasitas yang cukup besar dan siap dimanfaatkan pada tingkat nasional, regional, hingga global. ”Saat ini kami memiliki beberapa produsen vaksin yang siap dengan kapasitas dan kemampuannya”, tambah Himawan.

Diharapkan pada dari pertemuan ini seluruh pemangku kepentingan yang terlibat memperoleh peluang untuk mempelajari agenda dan prioritas CEPI serta untuk memahami agenda kesiapsiagaan epidemi penelitian dan pengembangan di Indonesia. Selain itu, diharapkan adanya peningkatan pemahaman tentang prioritas dan kemampuan nasional dalam penelitian, pengembangan, pembuatan, dan pasokan vaksin, serta memahami partisipasi dalam inisiatif regional dan global.
Pada kesempatan sebelumnya, delegasi CEPI melaksanakan kunjungan ke kantor Bio Farma di Jakarta dan diterima langsung oleh jajaran Direksi PT Bio Farma. Kunjungan tersebut dilakukan untuk menjelaskan aktivitas CEPI kepada Bio Farma serta prioritas dan arah kebijakan CEPI di wilayah Asia Tenggara/Pasifik Barat dan mendapatkan pemahaman tentang peran Bio Farma untuk penguatan kapasitas Indonesia dalam kesiapsiagaan, respon, dan keberlanjutan terhadap pandemi COVID-19.
