Pandemi COVID-19 menyadarkan kita tentang perlunya melakukan transformasi dalam sistem kesehatan, termasuk ketahanan dalam menghadapi kondisi kegawatdaruratan, khususnya kesehatan. Pemerintah menyadari bahwa salah satu kebijakan vital dalam transformasi sistem kesehatan adalah melalui ketahanan industri kesehatan dalam negeri.
Belajar dari hal tersebut, Indonesia bangkit dan pulih dengan melakukan transformasi sistem kesehatan “terutama yang berkaitan dengan obat-obatan, vaksin dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, bisa diproduksi di dalam negeri,” demikian disampaikan Menkes ketika membuka Pameran Inovasi dan Teknologi Kesehatan dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59 di JCC, Jakarta, Kamis (9/11).
Menkes menambahkan, transformasi ketahanan kesehatan yang telah diupayakan sejak tahun 2021 dan membuahkan hasil yang membanggakan. Salah satunya, jumlah produsen vaksin dalam negeri yang mampu memproduksi vaksin mengalami peningkatan dari satu menjadi empat industry vaksin dalam negeri di tahun 2023.
“Kita punya satu perusahaan vaksin namanya bio farma, dalam tiga tahun terakhir Indonesia sudah menambah jumlah perusahaan vaksin dari satu dan telah bertambah tiga sampai tahun ini,” ungkap Menkes.
Sejalan dengan keberhasilan ini, Menkes juga menyebutkan bahwa teknologi pembuatan vaksin juga semakin maju, Indonesia telah mampu memproduksi empat jenis vaksin yaitu berbasis virus, mRNA, protein rekombinan dan viral vector.
“Teknologi pembuatan vaksin ada empat di dunia, yang kuno adalah pembuatan vaksin yang berbasis virus dan protein namun ada juga vaksin modern yang berbasis vector dan mRNA, Indonesia yang tadinya hanya bisa memproduksi dua, sekarang seluruhnya bisa diproduksi di dalam negeri” ucap Menkes.
Saat ini industri vaksin dalam negeri kita juga sudah dapat memproduksi 9 dari 14 antigen imunisasi rutin yakni vaksin BCG, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis, Influenza (HIB), Polio Oral (OPV), Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan Human Papillomavirus Vaccine (HPV).
Keberhasilan selanjutnya, kata Menkes, impor bahan baku obat mulai berkurang, “delapan dari sepuluh bahan baku obat yang paling banyak digunakan sudah bisa diproduksi dalam negeri. Beberapa bahan baku obat itu di antaranya adalah Paracetamol, Clopidogrel dan Atorvastatin” tutur Menkes.
Kemajuan teknologi pun mengarah ke pengobatan yang lebih mutakhir. Indonesia mewujudkannya dengan memproduksi produk biologi dalam negeri antara lain Erythropoietin alpha, Insulin glargine, Rituximab, Enoxaparin, Insulin aspart, dan HyFC EPO.
“Realisasi belanja alat kesehatan dalam negeri juga dilaporkan meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan dalam kurun waktu 6 bulan, sejak Januari – Juni 2023, Kemenkes tercatat telah merealisasikan sekitar Rp 9 triliun anggaran belanja alat kesehatan dalam negeri” tambah Menkes.
Dilaporkan juga bahwa, 17 dari 19 alat kesehatan dengan pembelanjaan dan penggunaan terbanyak di fasilitas pelayanan kesehatan (top value & volume) antara lain adalah Continuous ventilator, Pasien monitor / Cardiac monitor, Endoscope and accessories dan Mobile x-ray.
Dan 10 alat kesehatan in vitro diagnostik lainnya antara lain RDT Antigen COVID-19, Hepatitis B, Tuberculosis, Hepatitis A, Hepatitis C, Malaria, Dengue, dan HIV.
Keberhasilan lainnya di bidang fitofarmaka, saat ini kita sudah mampu memproduksi 6 produk fitofarmaka antara lain kapsul kombinasi ekstrak herba seledri dan daun kumis kucing (Tensigard Kapsul), kapsul ekstrak campuran daun bungur dan kulit kayu manis (Diabetadex Kapsul).
Dengan capaian ini, Menkes menginginkan agar nantinya dapat menjadi satu pijakan bagi Indonesia melakukan lompatan – lompatan besar lainnya di sektor kesehatan menuju Indonesia sehat dan maju tahun 2045 mendatang.
Prestasi ini tidak akan terwujud tanpa kerjasama dan kolaborasi berbagai pihak. Oleh karena itu, pada peringatan HKN ke-59 diberikanlah penghargaan sebagai wujud apresiasi kepada institusi atau perusahaan, stake holder dan insan kesehatan yang telah berperan aktif dan berkontribusi dalam mencapai transformasi kesehatan khususnya ketahanan kesehatan
“Semoga dengan pemberian penghargaan ini dapat menambah semangat untuk bekerja lebih profesional dalam mendukung resiliensi khususnya di bidang farmasi dan alat Kesehatan” demikian disampaikan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, L. Rizka Andalusia.