Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan Pertemuan Sinergisme Academic – Business – Government – Community – Inventor (ABGCI) dalam rangka dukungan pemerintah pada program obat bahan alam khususnya Fitofarmaka di Jakarta, Selasa 27 Februari 2024.
Pertemuan ini bertujuan untuk mengkolaborasikan kebijakan, program dan kegiatan Kementerian/Lembaga agar dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sehingga menciptakan ekosistem penelitian dan pengembangan obat bahan alam yang kondusif di Indonesia. Menghadirkan narasumber dari Direktorat Wisata Minat Khusus Kemenparekraf, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia Farmasi dan Kemasan Kemenperin, Direktorat Peraturan Perpajakan I Kemenkeu serta Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN, turut hadir perwakilan dari KemenkoPMK, Kemenkoekon, Kemenkes, Kementan, KemenLHK, KKP, BPOM, Asosiasi, Perguruan Tinggi, dan industri yang memproduksi obat bahan alam.

Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Roy Himawan dalam sambutannya mengatakan bahwa sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi alam yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi bahan obat bahan alam.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, berdasarkan hasil riset tumbuhan obat dan jamu (Ristoja), sekitar 32.014 ramuan obat tradisional di berbagai pelosok nusantara yang bersumber dari 2.848 spesies tanaman obat sudah dimanfaatkan untuk pengobatan.
“Sekitar 17.000 produk jamu dan 79 produk obat herbal terstandar sudah beredar di Indonesia. Namun di sisi lain, baru 22 produk Fitofarmaka yang beredar di Indonesia. Masih banyak peluang untuk mengeksplor potensi yang dimiliki sehingga produk fitofarmaka dapat semakin berkembang di Indonesia” ungkapnya.
Selain potensi penggunaan di bidang kesehatan, bahan alam dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk di masyarakat seperti produk pangan, kecantikan dan kebugaran. Potensi bahan alam juga dapat mengembangkan sektor pariwisata, ekonomi kreatif maupun sosial budaya di Indonesia.
Indonesia telah meluncurkan temulawak sebagai tanaman obat Indonesia unggulan Pada tanggal 9 November 2023 yang lalu, dan pada tanggal 6 Desember 2023 jamu juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Berbagai upaya lain juga telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, “Diharapkan produk bahan alam di Indonesia menjadi unggulan, sehingga potensi-potensi tersebut dapat menjadi mata pencaharian masyarakat, meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia” ujar Himawan.