Jakarta, 12 Agustus 2025.
Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Kemenkes RI mengambil langkah strategis untuk mengakselerasi pengembangan Obat Bahan Alam (OBA) di Indonesia, khususnya guna memperkuat kesiapan ekosistem riset dan hilirisasi obat bahan alam menuju standar fitofarmaka nasional.
Melalui kegiatan “Sinergisme Forum: Penguatan Kapasitas Penelitian Obat Bahan Alam terkait Pendanaan dan Uji Klinik” yang diinisiasi oleh Direktorat Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan, Farmalkes memfasilitasi pertemuan langsung antara industri, peneliti, dan lembaga pendanaan untuk mengatasi dua tantangan utama yaitu pendanaan dan pelaksanaan uji klinik.
Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Jeffri Ardiyanto menyampaikan bahwa langkah ini merupakan salah satu bagian atau upaya dalam mendukung Transformasi Ketahanan Sektor Kesehatan.
“Ini merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa Indonesia mampu mewujudkan pelayanan kesehatan secara mandiri, berkualitas, dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan visi besar ini, peran perguruan tinggi dan mitra pelaku usaha menjadi garda terdepan,” ungkap Jeffri.
Bahan alam maupun kosmetik merupakan salah satu target pelaksanaan ketahanan farmasi karena memiliki peranan strategis dalam menjamin ketersediaan dan akses produk kesehatan bagi masyarakat.
Forum yang diselenggarakan secara hybrid di Hotel Mercure Gatot Subroto ini, merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bahan baku farmasi. Di mana dengan kekayaan biodiversitas yang melimpah sekitar 31.750 spesies tumbuhan dan 32.014 ramuan obat tradisional, Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri OBA yang berdaya saing global.
Peluang penggunaan dan pengembangan OBA didukung oleh landasan hukum yang kuat melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024. Regulasi ini mengamanatkan pemerintah untuk mendukung penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan Obat Bahan Alam (OBA) guna mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam negeri.
Meski demikian, Jeffri juga menyoroti sejumlah tantangan yang harus diatasi seperti standardisasi, konsistensi mutu dan jaminan keamanan produk.
“Pengembangan obat bahan alam maupun kosmetika harus memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu produk. Untuk itu, ketersediaan bahan baku yang bermutu melalui budidaya, proses produksi yang terstandar, serta pengujian ilmiah menjadi kunci,” tegasnya.




















