Industri kosmetika bukanlah hal baru bagi Indonesia. Sejak zaman dahulu, masyarakat Nusantara telah mengenal berbagai ramuan perawatan tubuh tradisional yang kini berkembang menjadi kosmetika modern. Budaya merawat dan merias diri telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat dan kini tumbuh menjadi industri yang semakin matang dan dinamis.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI), Sancoyo Antarikso, dalam sambutannya menyampaikan bahwa meskipun tantangan ekonomi global dan nasional masih berlangsung dalam beberapa tahun terakhir, industri kosmetika Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Jumlah pelaku industri pun meningkat pesat, mencerminkan potensi besar pasar kecantikan dan perawatan diri di Indonesia.
“Maka merupakan sebuah kebanggaan bagi PERKOSMI untuk kembali menggelar ICI untuk ke-14 kalinya. Acara ini kami dedikasikan untuk mendorong inovasi dalam bahan kosmetik dan produk perawatan diri,” ujar Sancoyo. di acara pembukaan Indonesia Cosmetics Ingredients Expo 2025, JIEXPO – Kemayoran Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Dengan mengusung tema “Beauty, Innovation, and Technology for the Future Trends,” ICI 2025 menjadi wadah kolaborasi dan pertukaran informasi antara pelaku industri, pemerintah, dan akademisi. Acara ini menampilkan berbagai inovasi terbaru dan membuka peluang bisnis baru di bidang kosmetika nasional.
PERKOSMI menargetkan kehadiran 12.000 pengunjung dalam gelaran tahun ini. ICI 2025 menghadirkan 554 stand pameran dan menampilkan 24 produk dari pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selain itu, terdapat Zona Inovasi yang memperkenalkan bahan baku kosmetik terkini, termasuk yang telah menembus pasar ekspor.
Salah satu daya tarik dalam ajang ini adalah Lab Formulasi, di mana para pemasok bahan baku mendemonstrasikan proses peracikan kosmetik secara langsung kepada pengunjung. Semangat inovasi juga diwujudkan melalui Kompetisi Inovasi Kosmetik yang diikuti oleh 49 peserta dari dalam dan luar negeri.
Tidak hanya pameran, ICI 2025 juga menggelar 26 sesi seminar dengan tema beragam, mulai dari tren kecantikan terkini, perawatan kulit dan rambut, regulasi industri, formulasi ramah lingkungan, hingga teknologi terbaru dalam kosmetika. Seminar ini menghadirkan narasumber dari kalangan profesional, baik dalam negeri maupun internasional.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat kaya, khususnya dalam hal keanekaragaman hayati. “Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tumbuhan yang berpotensi besar untuk dijadikan bahan baku kosmetik,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini kosmetik telah menjadi kebutuhan sehari-hari, digunakan oleh semua kalangan baik pria maupun wanita, dari anak muda hingga dewasa, yang menjadikan industri ini sebagai sektor ekonomi yang penting bagi Indonesia.

Berbagai potensi lokal kini mulai dikembangkan untuk mendukung industri kosmetik nasional. Salah satunya adalah bunga kamboja dari Bali, yang memiliki kandungan kimia unik berkat karakter tanah dan iklim lokal. Tak hanya dari tumbuhan, potensi bahan baku juga berasal dari hewan. Contohnya, penelitian bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan bahwa membran cangkang telur ayam lokal mengandung kolagen dan asam amino spesifik yang berpotensi untuk produk peremajaan kulit.
Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya mineral, seperti air berkandungan seng (zinc) dari wilayah tertentu yang diyakini mampu membantu penyembuhan jerawat secara alami.
“Negeri kita bukan hanya kaya akan rempah-rempah, tetapi juga sumber daya alam luar biasa yang dapat diolah dan di hilirisasi menjadi bahan kosmetik berkualitas tinggi. Ini merupakan hasil sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri,” tutur Prof. Taruna.

Dalam kesempatan ini, Ditjen Farmalkes turut berpartisipasi dalam pameran dengan menyediakan layanan konsultasi terkait perizinan alat kesehatan, PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga), dan pedagang besar obat tradisional. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati layanan pemberian jamu gratis sebagai bentuk promosi kesehatan berbasis kearifan lokal.
Melalui partisipasi dalam ICI 2025, diharapkan para pelaku industri kosmetika nasional semakin terinformasi dengan tren global dan teknologi terkini, serta mampu menghasilkan produk yang inovatif, aman, dan berstandar internasional.