Kementerian Kesehatan bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia Osaka bersama KBRI Tokyo menyelenggarakan acara Indonesia–Japan Pharmaceutical and Medical Devices Business Forum pada 6 Oktober 2022 yang dihadiri 300 peserta. Kegiatan ini diinisiasi atas kerja sama KBRI Tokyo, KJRI Osaka, KADIN Komite Billateral Indonesia–Jepang, Kementerian Perindustrian, IIPC Tokyo dan ITPC Osaka serta beberapa mitra Jepang seperti METI Kansai, FPMAJ dan JETRO.
Perwakilan delegasi Indonesia dalam acara ini dihadiri oleh Sekjen Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Roy Himawan, KADIN, Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI). Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menjelaskan acara forum bisnis ini juga sebagai langkah proaktif mendukung realisasi konkret di pilar kerja sama Kesehatan Global pada Presidensi G20 Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyampaikan bahwa penguatan ini sejalan dengan enam pilar transformasi Kesehatan Nasional. Saat ini Indonesia sedang mengembangkan platform digital kesehatan nasional (SatuSehat), dan pendekatan genomik (BGSi). Kedua program ini diharapkan dapat berkolaborasi dengan Jepang.
“Kami mengundang mitra dari Jepang untuk turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi farmasi dan alat kesehatan di Indonesia” Ujar Sekjen Kunta. Pada pilar ketiga, lanjut Sekjen Kunta kami sedang berproses untuk mengubah ketahanan sistem kesehatan melalui peningkatan produksi farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
Sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan baik di layanan primer dan sekunder, penguatan bioteknologi dilakukan melalui penguasaan vektor virus, teknologi berbasis asam nukleat, protein rekombinan untuk memproduksi vaksin dan obat-obatan bagi masyarakat di dalam negeri seperti, eritropoietin, insulin, antibodi monoklonal dan produk turunan plasma. Di bidang farmasi, kami bertujuan untuk memproduksi 6 dari 10 Bahan Farmasi Aktif (API) secara lokal.
Sekjen Kunta berharap adanya eksplorasi lebih lanjut mulai dari kemitraan, transfer teknologi, hingga kolaborasi penelitian untuk dapat meningkatkan produksi alat kesehatan, bahan medis habis pakai di dalam negeri, dan manufaktur vaksin.
“Untuk mencapai target ketahanan tersebut, kami telah menetapkan kebijakan yang mencakup langkah-langkah kritis mulai dari fasilitasi uji klinis dan transfer teknologi. Dari sisi produksi juga diutamakan akslereasi produksi dari dalam negeri” lanjut sekjen Kunta.
Sebagai outcome dari forum bisnis Farmalkes, telah ditandatangani komitmen kerja sama antara (Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia) GPFI dengan mitranya di Jepang yakni the Federation of Pharmaceutical Manufacturers’ Association of Japan (FPMAJ), khususnya untuk membuka kontak dalam penjajakan co-production dan riset. Director General FPMAJ Toshihiko Miyajima mengharapkan kolaborasi lebih lanjut dengan Indonesia di bidang Kesehatan.