Kementerian Kesehatan RI dan Kedutaan Besar India telah menggelar Health Business Forum (HBF) yang bertujuan untuk membahas peningkatan kerjasama perdagangan bilateral dan investasi di bidang farmasi kedua negara.
Forum ini dihadiri oleh Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste, Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan POM, perwakilan dari Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, BUMN, Industri Vaksin dan industri farmasi Indonesia dan India.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan India sudah terjalin sejak lama. Melalui HBF ini diharapkan Indonesia dapat memperoleh akses terhadap berbagai obat-obatan yang berkualitas tinggi dan hemat biaya, membuka pintu kemitraan dalam penelitian dan pengembangan yang potensial, demikian disampaikan Dirjen Kefarmasian dan Alkes Kemenkes RI, L. Rizka Andalusia dalam pembukaan Indonesia-India Health Business Forum di Kedutaan Besar India, Jakarta, Selasa (27/02/2024).
Dirjen Rizka menambahkan, Kementerian Kesehatan saat ini sedang melaksanakan agenda 6 Pilar Transformasi Kesehatan Indonesia, salah satunya Transformasi Ketahanan Sistem Kesehatan melalui peningkatan ketersediaan dan akses terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan.
“Kerja sama di bidang farmasi ini menjanjikan dan menantang, karena besarnya jumlah yang dilayani dan potensi pertumbuhan yang terdapat di dalamnya. Sektor farmasi Indonesia melayani 267,3 juta penduduk Indonesia. Pada tahun 2023, 95% nya dilindungi oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga menjadikannya sistem kesehatan dengan single-payer terbesar di dunia”, ungkap Rizka.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Rizka bahwa, Indonesia saat ini memiliki lebih dari 200 industri farmasi, 4 industri bahan baku obat, 4 industri vaksin dan mampu memproduksi 10 antigen dari 14 antigen imunisasi serta memproduksi vaksin COVID-19. Obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri telah memenuhi sebagian besar pengadaan obat program Jaminan Kesehatan Nasional di e-Katalog.
Rizka berharap, ke depannya dapat mengeksplor peluang dan inovasi kolaborasi antara Indonesia-India sehingga dapat mengembangkan sistem kesehatan dan meningkatkan akses obat untuk masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste Sandeep Chakravorty menyatakan, Indonesia dan India memiliki visi yang serupa dalam 25 tahun ke depan dalam rangka kemajuan negara. Dua negara ini memiliki kondisi tropis yang serupa, sehingga memiliki tantangan kesehatan yang sama. India pun terbuka untuk kerja sama dibidang pelayanan kesehatan, dengan melakukan pertukaran pengetahuan dan kemampuan.
Sementara itu, Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Roy Himawan menyampaikan, Indonesia memiliki industri formulasi yang kuat untuk obat generik. Namun, hingga kini kekurangan produk obat inovatif.
“Indonesia adalah salah satu pasar farmasi dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Peningkatan belanja kesehatan di Indonesia berpotensi mencapai Rp 178,7 triliun pada tahun 2023. Sejak tahun 2012, hanya 18% produk inovatif yang tersedia di Indonesia, dibandingkan rata-rata negara di G20 yang sudah sebesar 38%. Sebesar 77% nilai pasar farmasi di Indonesia adalah obat generik produksi dalam negeri”, ungkap Himawan.