Masker-masker yang beredar di pasaran ternyata punya fungsi dan peruntukan yang beragam, sekalipun secara fisik tampak serupa. Nah, belakangan banyak masker non medis diklaim sebagai masker medis padahal spesifikasinya berbeda. “Yang disebut sebagai tidak sesuai dengan peruntukannya adalah misalnya masker itu sebenarnya bukan masker alat kesehatan tetapi diklaim sebagai masker alat kesehatan,” kata Plt. Dirjen Farmalkes, drg Arianti Anaya, MKM, dalam konferensi pers April lalu. Menurutnya, masker medis harus memenuhi persyaratan mutu dan keamanan serta lulus berbagai uji terkait filtrasi virus dan bakteri. Masker medis yang lulus uji ini akan mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan
Masker medis, menurut Plt. Dirjen Farmalkes, memiliki efisiensi penyaringan bakteri minimal 95 persen. Spesifikasi ini berbeda dengan masker non medis, yang antara lain dipakai di industri pengecatan, yang tidak dianjurkan untuk pencegahan COVID-19. “Untuk masker yang non medis tetapi menggunakan klaim sebagai masker medis, Kementerian Kesehatan sudah melakukan pengawasan dan sudah melakukan penyitaan di beberapa tempat,” jelasnya.
Diakui, secara fisik memang sulit ditemukan adanya perbedaan antara masker medis dan non medis. Meski demikian, masker palsu bisa dikenali antara lain dengan mengecek izin edar yang tercantum pada kemasan, melalui infoalkes.kemkes.go.id
Perbedaan Masker Medis dan Non Medis
Masker medis
Masker medis atau biasa dikenal dengan sebutan masker bedah adalah masker yang punya setidaknya tiga lapisan, lapisan bermaterian bukan tenunan sintetis. Desain masker medis dirancang dengan dikonfigurasi agar lapisan filtrasi diapit di tengah dan biasanya juga tersedia dalam berbagai level ketebalan. Masker medis sendiri, punya berbagai level tingkat ketahanan terhadap cairan dan filterasi, WHO merekomendasikan orang-orang lanjut usia (sudah berusia 60 tahun ke atas), atau orang-orang usia berapapun namun memiliki kondisi kesehatan tertentu, contohnya penyakit pernapasan kronis, penyakit kardiovaskular, kanker, obesitas, pasien dengan gangguan kekebalan, dan diabetes mellitus mengenakan masker medis dalam beraktivitas sehari-hari
Masker Non Medis
Secara manfaat, disebutkan masker non medis memang bisa membantu membatasi penyebaran tetesan dan ludah (droplets) saat bersin atau batuk. Tapi di sisi lain, masker non medis tidak dirancang untuk bisa menutup rapat di wajah.
Begitupun dengan material, material kain sebagai bahan masker non medis berbeda dengan bahan yang digunakan pada masker bersertifikat dan sifatnya tidak dapat menyaring virus.
Dalam penggunaan sehari-hari, masker non medis seperti masker kain harus langsung dicuci bersih setiap kali usai digunakan. Berbeda dengan masker medis yang sifatnya sekali pakai langsung buang
Contoh masker non medis seperti masker kain atau masker daily sekali pakai, dikutip dari Canadian Centre for Occupational Health and Safety, secara level standar tidak dievaluasi atau diuji dengan standar yang diakui
Cara mengenali masker medis Asli dan Palsu
1. Tes Visual
Ketika mengklaim bahwa masker tersebut adalah masker 3 lapis, secara logika masker itu memang harus punya 3 lapisan. Buka atau robek salah satu masker dan seharusnya Anda melihat 3 lapisan yang jelas. Masker 3 lapisan biasanya terdiri dari kepingan Translucent (atas), lapisan putih (tengah), dan kepingan berwarna (Hijau, Biru, atau bahkan Putih).
2. Uji Air
Masker bedah, tidak hanya melindungi orang lain dari batuk dan bersin Anda, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap orang lain. Karena itu, lapisan luarnya didesain tahan air.
Lipat masker sehingga bagian luarnya membentuk corong. Kemudian tuangkan air ke dalamnya. Jika masker tersebut asli maka, masker akan menahan air.
3. Uji Bakar
Sekalipun ada 3 lapis masker, pastikan lapisan tengahnya adalah masker, bukan kertas. Oleh karena itu, jika Anda membakarnya dengan api, itu filter itu seharusnya tidak terbakar. [Syukra]