Kementerian Kesehatan menginisiasi transformasi sistem kesehatan Indonesia dengan memfokuskan implementasinya pada pencapaian enam pilar yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM Kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi teknologi kesehatan menjadi agenda penting untuk mendorong terwujudnya Indonesia sehat melalui pemanfaatan data dan teknologi. Terobosan ini dibuat sebagai bentuk strategi jangka panjang untuk menanggulangi permasalahan kesehatan yang berfokus pada ekosistem kesehatan, efisiensi layanan, dan integritas data sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan.
Ditjen Kefarmasian dan Alkes Kemenkes melalui Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian dalam mewujudkan transformasi teknologi kesehatan dengan terus mendorong pemanfaatan sistem manajemen tata kelola obat berbasis teknologi informasi melalui pengembangan sistem Digital Inventory National (DIN) dalam platform Satu Sehat Logistik.
Penguatan sistem logistik kesehatan memegang peranan penting dalam menjamin penyediaan obat dan vaksin. Platform Satu Sehat Logistik merupakan ekosistem pertukaran data kesehatan yang menghubungkan sistem informasi atau aplikasi dari seluruh anggota ekosistem digital kesehatan Indonesia termasuk fasyankes, regulator, penjamin, dan penyedia layanan digital. Dalam platform Satu Sehat Logistik, Digital Inventory National (DIN) akan mengalirkan data distribusi obat dari industri farmasi yang nantinya akan saling terhubung dengan aplikasi SMILE, sehingga ke depan dapat memantau sediaan farmasi secara realtime berbasis elektronik.
15 Februari 2024 bertempat di kantor pusat Kementerian Kesehatan Jakarta, guna mengembangkan sistem Digital Inventory National (DIN), Ditjen Kefarmasian dan Alkes Kemenkes melalui Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian selenggarakan perjanjian kerjasama Pilot Project Satu Sehat Logistik dengan PT. Kimia Farma dan PT. Rajawali Nusindo yang akan mengalirkan data dalam platform Digital Inventory National (DIN).
Penandatangan kerjasama ini dilakukan Plt. Direktur Utama PT. Rajawali Nusindo Iskak Putra, dan Direktur Produksi dan Supply Chain PT. Kimia Farma Hadi Kardoko dengan Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Agusdini Banun Saptaningsih, disaksikan oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Bayu Teja Muliawan beserta Sekretaris Ditjen Kefarmasian dan Alkes Heri Radison.
Dalam laporannya, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Agusdini Banun Saptaningsih menyampaikan, Pilot Project merupakan langkah awal dalam mewujudkan Satu Sehat Logistik sehingga profil ketersediaan obat di setiap titik rantai distribusi, dari hulu hingga ke hilir, mulai dari industri farmasi, distributor, fasilitas pengelola kefarmasian, hingga ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dipantau untuk mengantisipasi kekosongan obat baik program maupun pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Milestone awal telah dilakukan dalam rangka pengembangan Satu Sehat Logistik berupa pengembangan Kamus Farmasi dan Alat Kesehatan (KFA) sebagai upaya standardisasi data produk obat dan BMHP. Progres pengembangan selanjutnya, yang ingin dicapai yaitu pengembangan master sarana indeks (MSI) sebagai upaya standardisasi data sarana fasilitas kesehatan serta integrasi data suplai obat dari industri farmasi dan distributor ke dalam Satu Sehat Logistik.
“Dengan perjanjian kerjasama ini diharapkan dapat mengembangkan sistem Digital Inventory National (DIN) sesuai dengan rancangan business process platform Satu Sehat Logistik. Hal ini merupakan upaya atas standardisasi arsitektur dan spesifikasi pertukaran data antar pelaku industri Kesehatan, yang merupakan bagian dari grand design pengembangan sistem informasi logistik kesehatan di sisi hulu”, ucap Sesditjen Farmalkes Heri Radison.
Selain itu, Sesditjen Farmalkes dalam sambutannya saat membuka acara ini juga kembali mengingatkan bahwa ketahanan kesehatan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah negara maupun daerah serta publik dan mitra swasta, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, asosiasi profesi, komunitas, relawan, keluarga, dan individu.