Jakarta, 05 Juli 2022. Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Direktorat Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan kegiatan pertemuan “Kolaborasi Pemerintah dan Institusi Pendidikan dalam Riset Percepatan Pengembangan Vaksin dan Antigen Dalam Negeri” di Hotel Manhattan, Jakarta.
Pandemi COVID-19 memberikan guncangan yang cukup besar terhadap sistem kesehatan, dimana dirasakan kesulitan akibat kekurangan alat kesehatan, obat, vaksin dan oksigen. Merespon kondisi-kondisi di masa pandemi, Kementerian Kesehatan mendorong kerja sama dan sinergisme dari berbagai pihak yaitu akademisi/peneliti, industri bidang kesehatan, serta pemerintah untuk mendorong dan menghasilkan produk-produk penanganan COVID-19 produksi dalam negeri.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan melakukan upaya Transformasi Sistem Kesehatan, yang salah satunya mencakup transformasi sistem ketahanan kesehatan. Transformasi ini dilakukan melalui peningkatan ketahanan sektor kefarmasian yang meliputi pemenuhan kebutuhan bahan baku obat/active pharmaceutical ingredients (API) kimia, produk biologi, vaksin, dan natural (fitofarmaka) dari produksi dalam negeri serta peningkatan pemanfaatannya di dalam negeri juga ekspor.
Di Indonesia terdapat 14 jenis vaksin program pemerintah yang terdiri dari BCG, DPT-Hib, Hepatitis B, MMR/MR, Polio (OPV-IPV), TT/DT/td, JE, HPV, PCV, dan Rotavirus. Vaksin-vaksin tersebut banyak digunakan untuk vaksinasi program pemerintah namun antigen vaksin tersebut masih belum bisa diproduksi di dalam negeri. Selain 14 jenis vaksin program pemerintah, vaksin COVID-19 masih menjadi kebutuhan dalam melawan pandemi yang masih berlangsung atau mungkin terjadi kembali di masa mendatang.
Untuk dapat mewujudkan kemandirian di bidang vaksin, diperlukan sinergisme dan kolaborasi dari seluruh stakeholder yang terlibat mulai dari hulu hingga hilir. Salah satu stakeholder yang penting sebagai ujung tombak pengembangan dan research vaksin di dalam negeri adalah peneliti dari universitas, lembaga penelitian, maupun industri.
Pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, L. Rizka Andalucia ini membahas upaya pemerintah dalam percepatan penelitian dan pengembangan vaksin di dalam negeri dan peluang pengembangan vaksin di dalam negeri.
“Dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian kefarmasian dan alat kesehatan, tidak dapat dilakukan hanya dari sisi pemerintah, namun juga diperlukan upaya bersama dan partisipasi aktif dari setiap pemangku kepentingan terkait, termasuk di dalamnya para peneliti, innovator, lembaga penelitian, serta industri bidang kesehatan”, kata Rizka.
Hadir pada pertemuan ini 52 peserta yang terdiri dari Industri Tim Peneliti Universitas, Pengurus GPFI, Pengurus APTFI dan jajaran Kementerian Kesehatan. Pertemuan kali ini merupakan rangkaian kegiatan koordinasi ABGC dalam mendorong pencapaian ketahanan Kesehatan khususnya ketahanan kefarmasian. Forum ini diharapkan dapat menselaraskan langkah pemerintah dan universitas serta Lembaga Penelitian merumuskan arah penelitian dan pengembangan.