Meningkatkan ketahanan alat kesehatan menjadi salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan dalam kerangka Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan. Dalam upaya resiliensi/ketahanan alat kesehatan, Kementerian Kesehatan fokus pada percepatan produksi alat kesehatan dalam negeri. Alat Kesehatan produksi dalam negeri yang telah berizin edar yang tentunya memenuhi harus persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan, diharapkan memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri, dan kemudian dapat bersaing secara global, di pasar ekspor. Untuk itu, industri alat kesehatan harus memiliki kualitas yang memenuhi standar global.
Kementerian Kesehatan bersama PT. Bio Farma meluncurkan BioColoMelt-Dx pada Selasa (19/7) di Auditorium RS. Kanker Dharmais. Invovasi dan terobosan baru karya anak bangsa ini berguna untuk mendeteksi dini kanker usus besar (kolorektal). Produk BioColomelt-Dx merupakan inovasi hasil kolaborasi PT. Bio Farma dan PT. PathGen Diagnostik Teknologi yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan, seperti dengan Universitas Nottingham Inggris, dan memiliki Lab pengembangan di Indonesia (Lab LIPI dan BRIN). Sebelum diluncurkan pada hari ini,BioColomelt-Dx divalidasi oleh klinisi dari beberapa RS nasional di antaranya RS Dharmais, RS Sardjito dan UGM, RSCM dan FKUI.
Acara launching dihadiri Menkes Budi, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP) Azwar Anas, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Rizka Andalusia, Direktur Utama RS Kanker Dharmais dr. Soeko W Nindito, dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir.
Menkes Budi mengatakan kanker itu terjadi karena adanya mutasi dari DNA seseorang. Dalam perjalanan hidup manusia DNA itu bisa berubah dan itu yang memicu kanker. “Untuk melihat perubahan DNA itu diperlukan PCR. Itu teknologi yang sederhana, lebih murah alatnya seperti BioColoMelt-Dx. Dengan teknologi ini bisa mendeteksi perubahan DNA di posisi-posisi tertentu. Kalau kita sudah tahu perubahan DNA nya apa, kita tahu persis kankernya kanker apa dan di mana sehingga pengobatannya bisa lebih cepat dan tepat.
“Jadi alat ini untuk mendiagnostik sakit kankernya disebabkan oleh apa sehingga nanti pengobatannya bisa lebih cepat,” tambah Menkes. Untuk diketahui, kanker kolorektal merupakan sebutan lain untuk kanker yang menyerang usus besar (kolon), rektum, ataupun keduanya” kata Menkes.
Menkes berharap, PT. Bio Farma dan PT. PathGen Diagnostik Teknologi dapat terus mengembangkan portofolio produk alat kesehatan diagnostic in vitro dalam negeri khususnya produk berbasis molekuler lainnya, sehingga dapat mendorong pencapaian ketahanan dan kemandirian alat kesehatan di Indonesia, pemenuhan kebutuhan alat kesehatan diagnostic in vitro di Indonesia, serta menempatkan Indonesia dalam rantai pasokan global.

“Saya menghimbau para pengguna alat kesehatan seperti rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, untuk mulai beralih memakai alat kesehatan dalam negeri. Dengan menggunakan alat kesehatan dalam negeri maka kita telah ikut berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia dalam memajukan dan mengembangkan industri alat kesehatan dalam negeri serta menguatkan daya saing ekonomi baik secara nasional maupun global”, tambah Menkes.
Produk ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dengan nomor KEMENKES RI AKD 20306220065 yang dirilis pada tanggal 1 Juli 2022. Dengan adanya BioColoMelt-Dx ini, pasien dapat memperoleh akses yang lebih mudah untuk pemeriksaan ketepatan jenis terapi dan penanganan dini pada keluarga pasien dengan Lynch syndrome, yang diharapkan dapat berdampak positif pada optimalisasi ekonomi untuk ekosistem kesehatan di Indonesia. Dari segi kemandirian alat kesehatan, BioColomelt-Dx memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 50 %. Ini membuktikan kemandirian nasional dalam hal penyediaan alat kesehatan dapat tercapai. Hal ini menjadi momentum bagi bangsa Indonesia, untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas alat kesehatan impor dan akan menekan biaya pemeriksaan.