Tangerang-Banten (10/11/18). Dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional ke 54, Direktur Jenderal Farmalkes-Dra. Engko Sosialine, Apt., M.Bio.Med., didampingi Sesditjen Farmalkes-drg. Arianti Anaya, MKM dan Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian-Dr. dr. Agusdini Banun S., Apt., MARS menyerahkan penghargaan kepada tenaga pengelola Instalasi farmasi berprestasi dan satu penghargaan untuk penilaian prestasi dalam pengembangan jamu tradisional Indonesia.
Untuk tenaga Instalasi Farmasi, Ditjen Farmalkes melakukan penilaian mencakup benerapa substansi penilaian diantaranya adalah penguasaan kompetensi, kinerja dalam pengelolaan obat, pemgembangan diri, dan penilaian institusi Instalasi Farmasi.
Di samping penilaian tersebut, kemampuan berkoordinasi, kreatifitas dan inovasi yang dilakukan dalam memgimplementasikan pengelolaan obat juga menjadi pertimbangan, dikatakan oleh Direktur Tata Kelola Obat Publik – dra. Sadiah.
Usulan yang masuk yaitu dari 6 Provinsi dengan jumlah keseluruhan 9 apoteker, yaitu Riau (Kabupaten Siak dan Kota Dumai), Gorontalo (Kota Gorontalo), Sulawesi Barat (Kabupaten Majene), Banten (Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang), Jawa Tengah (Kabupaten Wonosobo dan Kota Semarang), dan D.I. Yogyakarta (Kabupaten Sleman).
Dari hasil penilaian, terpilihlah 3 nama Tenaga Kefarmasian Berprestasi yaitu, Desi Tirtawati, S.Farm. (Kepala UPT IF Dinkes Kabupaten Tangerang), Amelia Paramita Datunsolang, S.Si., Apt. (Kepala IF Dinkes Kota Gorontalo), Ratna Sumirat, M.Farm., Apt. (Kepala UPT IF Dinkes Kota Tangerang).
Bentuk penghargaan ini diharapkan dapat memicu dan juga dapat menjadi contoh bagi para pengelola instalasi farmasi di wilayah lain.
Sehari sebelumnya, Dirjen Farmalkes menerima 3 orang tenaga Pengelola Instalasi Farmasi berprestasi yang akan mendapat penghargaan dan berpesan agar kemampuam SDM pengelola disiapkan dan ditingkatkan, serta kunci keberhasilan pengelolaan adalah koordinasi dengan pihak lainnya, agar masyarakat tidak dirugikan, kata Ibu Dirjen.
Sebagai contoh, Instalasi farmasi memang tidak langsung melakukan pelayanan kepada masyarakat, selama ini masyarakat hanya mengenal Puskesmas, tetapi sesungguhnya jika tidak ada dukungan operasional dari instalasi farmasi maka pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas akan terganggu.