Industri ilmu hayati di Indonesia menghasilkan banyak obat essensial yang dibutuhkan oleh sistem kesehatan dan memberikan dasar perawatan yang kuat. Namun, untuk meningkatkan rantai nilai industri life sciences dan pemberian layanan kesehatan, Indonesia harus mendukung dan mendorong tingkat inovasi yang lebih tinggi.
Hanya 9% obat baru yang diluncurkan sejak 2012 tersedia di Indonesia dan hanya 4% dari semua uji klinis di Asia Tenggara telah dilakukan di Indonesia, meskipun memiliki 44% dari populasi wilayah tersebut. Pada 2018, Indonesia hanya mengelola 414 uji klinis dibandingkan dengan 2.300 di Thailand.
Indonesia berpotensi menjadi pusat uji klinis untuk Asia Tenggara, bahkan dunia. Dengan rencana aksi yang tepat, Kementerian Kesehatan Indonesia akan menarik lebih banyak program uji klinis internasional, regional, dan lokal untuk vaksin, terapeutik, diagnostik, dan alat kesehatan serta menjadi pusat inovasi life sciences.
Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan pembekalan untuk meningkatkan kemampuan Uji Klinis di Indonesia, oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan bekerjasama dengan Tony Blaire Institute mengadakan pertemuan Learning and Development Workshop.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan pembelajaran kepada para pemangku kepentingan di Indonesia untuk belajar dari para pakar dan praktisi internasional terkemuka tentang kapasitas, kemampuan dan kebijakan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan uji klinis di Indonesia.
Kegiatan yang bertempat di Hotel Westin pada tanggal 12 April 2023 ini berlangsung secara luring dan daring melalui media zoom meeting dengan dihadiri oleh peserta perwakilan Kementerian Kesehatan RI, peserta perwakilan Institusi, pesera perwakilan Dekan Universitas dalam negeri, dan peserta perwakilan perusahaan kefarmasian dalam negeri.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan L. Rizka Andalusia berkesempatan membuka kegiatan ini secara luring. Dalam pembukaannya beliau menyampaikan. “Merupakan prioritas Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas vaksin, terapi dan diagnostik inovatif yang tersedia di Indonesia, sebagai bagian dari Agenda Transformasi Kesehatan kami”.
Beliau juga menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan RI memiliki tekad untuk meningkatkan kemampuan basis uji klinis lokal Indonesia dan untuk menarik lebih banyak uji coba yang disponsori oleh berbagai negara.
Topik-topik yang dibahas pada pertemuan ini yaitu:
- Kebutuhan ekosistem dan kebijakan yang diperlukan dari sponsor uji klinis multinasional.
- Pemilihan lokasi dan hambatan penerapan CT (multipusat, multinasional) dari sudut pandang operasi klinis.
- Apa yang dicari perusahaan multinasional di negara-negara saat merencanakan program uji klinis.
- Apa yang dicari perusahaan multinasional di negara-negara ketika merencanakan program uji klinis.
- Pengalaman implementasi dan praktik terbaik uji klinis global.
- Collaborative Clinical Trials di Indonesia: tantangan dan potensi solusi pembagian manfaat.
- Memperbaiki lingkungan uji klinis
- Best Practice dalam memfasilitasi uji klinis di Malaysia.
- Apa yang dibutuhkan dari perspektif teknologi, infrastruktur, kebijakan dan sumber daya manusia untuk mengelola laboratorium pusat kelas dunia?
- Pengembangan kapasitas dan perbaikan proses penelitian klinis, pembelajaran di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
- Kesiapan Kemenkes memfasilitasi uji klinis (termasuk jaringan INA-RESPOND).